Dalam apel akbar yang dilangsungkan di Islamic Centre Brebes ini, diikuti segenap unsur terkait dan relawan, yang diantaranya Kodim 0713 Brebes, Polres, Dinkes, Dinsos, PMI, Damkar, Dinas PU, Satpol PP, Dishub, Basarnas, SAR, Linmas, serta segenap ormas relawan tanggap bencana.
Bupati Brebes, Hj. Idza Priyanti SE.MH mengatakan, perlunya sinergi dari seluruh pihak untuk menanggulangi bencana alam di Kabupaten Brebes, karena Brebes merupakan kabupaten terluas kedua dan penduduk terbanyak di Jawa Tengah (2 juta jiwa lebih), sehingga memerlukan antisipasi ekstra.
Tingkat potensi bencana alam di musim penghujan lebih tinggi dibanding musim kemarau, untuk itu seluruh OPD terkait dan relawan lainnya harus lebih siap dalam membantu Pemda di kondisi hujan ekstrim sampai akhir Desember 2021.
“Apel gelar pasukan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan koordinasi antar pihak terkait dan para relawan dalam penanganan dan penanggulangan bencana alam sehingga dapat cepat, tepat, dan optimal,” ujarnya.
Menurut Idza, apel tersebut juga sebagai ajang unjuk kekuatan kepada warga Brebes, bahwa Pemkab bersama unsur terkait dan para relawan sudah siap membantu masyarakat jika terjadi bencana.
Terakhir di tahun 2020 lalu, telah dilakukan latihan gabungan kesiapsiagaan bencana selama 3 hari (3-5/11/2020) di daerah rawan bencana erupsi Gunung Slamet, yaitu di Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog.
Dalam Latgulbencal di Dawuhan itu, diikuti 150 orang yang terdiri dari unsur TNI-Polri, BPBD, Tim SAR, PMI, Dinkes, Banser, Kokam, RAPI, Pemuda Pancasila, Linmas, LSM, dan Pramuka Saka Wira Kartika Koramil 08 Bumiayu. Mereka dilatihkan bersinergi terkait teknik, prosedur, dan tata kerja penanganan erupsi.
“Kewaspadaan dalam menghadapi bencana sangat penting untuk mengurangi resiko bencana, yaitu jatuhnya banyak korban jiwa,” sambungnya.
Untuk itulah Pemkab menyiapkan anggaran senilai Rp. 5 milyar rupiah untuk kebencanaan di tahun 2021 ini.
Langkah yang telah ditempuh yakni pemetaan daerah rawan bencana di Brebes utara (Kecamatan Tanjung, Brebes, dan Losari) yaitu banjir dan rob, kemudian di Brebes tengah (Ketanggungan, Larangan, dan Kersana) potensinya banjir dan longsor, dan wilayah Brebes selatan (Salem, Bantarkawung, Bumiayu, Paguyangan dan Tonjong) yaitu longsor dan tanah bergerak/retakan tanah. Sedangkan untuk angin puting beliung berpotensi terjadi di seluruh wilayah Brebes.
Langkah selanjutnya adalah pencegahan, yaitu kegiatan reboisasi dari hulu ke hilir dan di hutan-hutan Perhutani yang rusak/gundul, serta penguatan Daerah Aliran Sungai (bendungan, talud, dan tanggul sungai).
Dalam kesempatan itu juga, Idza mengapresiasi terobosan Polairud Brebes, yaitu adanya 2 unit pelampung remote control, yang juga didemonstrasikan saat pengecekan sarpras penanggulangan bencana.
Upaya mitigasi bencana mulai dari peringatan dini pra bencana, kemudian saat bencana adalah evakuasi masyarakat, penyiapan tempat pengungsian, pendirian Dapur Umum lapangan, posko-posko untuk memudahkan distribusi bantuan kemanusiaan. Selanjutnya pada tahap pasca bencana yaitu rehabilitasi infrastruktur dan fasilitas umum serta perbaikan kerusakan rumah masyarakat.
Haikal meminta agar seluruh pihak terkait terus mensosialisasikan kepada masyarakat perihal tanda-tanda/gejala alam saat akan terjadinya bencana, kemana harus mengungsi atau menjauhi lokasi kerawanan guna meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
“Jadi penanganan bencana yang paling utama adalah mencegah jatuhnya korban jiwa dan menyelamatkan jiwa saat bencana,” ujarnya. (Aan)
Komentar
Posting Komentar