Tampak hadir Serda Abdul Jalil (babinsa setempat) dan Abdul Salam S.Ip (kepala desa setempat), berada di tengah-tengah warga untuk membantu membersihkan dan mengecat tempat cagar budaya itu.
“Setiap tahunnya pada tanggal 17 Agustus, di Taman Makam Pahlawan Pagerayu Jatirokeh juga dilangsungkan upacara bendera,” terangnya.
Lanjutnya, di Makam Pahlawan Pagerayu di Blok Pahlawan Desa Jatirokeh itu terbaring 37 pahlawan tanpa nama yang merupakan saksi bisu keganasan Belanda saat agresi militernya yang ke-II. Tempat itu juga merupakan bukti sejarah adanya pembantaian (the killing field) pasukan Belanda NICA saat melakukan penggempuran terhadap laskar Hisbullah di Brebes pada Juni 1948
Dari ke-37 laskar Hisbullah yang gugur itu, salah satunya teridentifikasi oleh keluarganya yaitu Kapten Ismail, berdasarkan cincin pernikahan yang masih dikenakan di jarinya. Selanjutnya pihak keluarga memindahkan makamnya ke Tegal.
“Kapten Ismail merupakan pimpinan ke-36 kelompok Hisbullah pejuang kemerdekaan RI yang turut gugur saat mereka bermalam di rumah warga di samping TMP, karena keberadaan mereka tercium oleh Nevis (Intel Belanda). Selanjutnya mereka diberondong peluru oleh pasukan NICA Belanda dari sebelum subuh hingga fajar,” imbuhnya.
Akibat Penjanjian Renville itu membuat para gerilyawan Hisbullah asal Kabupaten Brebes dan Tegal itu jauh dengan sanak keluarga. Kemudian karena rindu keluarga setelah lama bergerilya, mereka hendak menengok keluarganya di Brebes dan Tegal itu.
Namun naas, perjalanan mereka itu terhenti di Jatirokeh, di sebuah rumah milik warga (samping TMP Pagerayu Jatirokeh) yang mereka jadikan tempat singgah untuk beristirahat selepas melakukan perjalanan jauh. (Aan)
Komentar
Posting Komentar